January 26, 2010

Pembantu : Saya Juga Manusia, Tuan!



Adakah di dunia ini, mereka yang bercita-cita menjadi pembantu? Mengabdikan diri pada keluarga yang lain. Menjadi wanita, ibu, istri yang membagi waktunya dan tenaganya dengan ibu dan istri orang lain? Bangun pagi-pagi buta, menyelesaikan pekerjaan di rumahnya, agar anak suaminya tak sampai kelaparan, lalu tergesa-gesa berangkat ke rumah satunya, agar keluarga itu terbantu.

Adakah yang mau, menjadi makhluk inferior dengan statusnya sebagai “pembantu” yang menempati kasta paling bawah dalam masyarakat? Dan mereka, para majikan itu, menyebut diri mereka superior, penguasa atas pembantu mereka. Mereka dengan seenak hatinya menyuruh ini itu pada sang pembantu. Seharian penuh dari pagi hingga sore mereka membantu, dan dengan upah hanya sepuluh ribu. Sangat jauh dengan anda yang bekerja sebagai guru privat, yang hanya dalam satu jam saja sudah mengantongi lebih dari 20ribu. Mereka melarang anak-anak mereka melakukan pekerjaan rumah, sembari berkata , “Biar dikerjakan sama pembantu!”.

Dan ketika, si pembantu melakukan kesalahan, betapa omelan dan cacian mencerca dari si majikan. Dan ketika si pembantu tidak bias bekerja karena suaminya sakit, anaknya sakit, saudaranya meninggal, tidak hanya potongan gaji yang diterima, tapi juga – lagi lagi cacian.

Jika anda bermaksud menjadikan mereka professional dengan cacian anda, apakah anda sendiri sudah professional dengan memberi upah 10ribu sehari?

JIka anda merasa anda mempunyai hak atas pembantu anda, apakah anda juga menghormati haknya untuk dihargai dan dihormati?

JIka anda merasa superior terhadapnya, bukankah sebenarnya anda adalah makhluk inferior yang tidak bisa cukup tanpa bantuannya? Dan bukankah mereka yang membantu lebih terhormat dari mereka yang butuh bantuan.

JIka anda merasa uang sepuluh ribu itu anda bisa membeli hak-haknya dan harga dirinya, maka siapakah yang lebih terhormat?

Lupakah anda, para majikan?
Anda membutuhkan adanya pembantu untuk “membantu”. Karena anda sendiri terlalu sibuk dengan ini itu. Karena anda sendiri tak cukup kuat dan tak cukup waktu untuk mengerjakan semua sekali waktu.

Lupakah anda?

Bahwa hakikatnya adanya pembantu adalah untuk “menyokong” keluarga anda. Tapi apa yang terjadi? Anda justru “melemahkan” diri anda sendiri dengan menyerahkan segala sesuatu pada pembantu. Sedikit-sedikit pembantu, sedikit-sedikit pembantu. Anda bahkan “melemahkan” anak-anak anda dengan menyuruh mereka untuk menyuruh pembantu untuk membantu keperluan mereka.

Tidak inginkah anda?

Dengan adanya pembantu, anda belajar untuk lebih mandiri. Anda terbiasa untuk melakukannya sendiri. Anda bisa menyadari pekerjaan mana saja yang tidak bisa anda kerjakan sendiri, dan saatnya mengerahkan anak-anak anda untuk ikut membantu, hingga akhirnya pembantu tidak diperlukan lagi, dan keluarga anda menjadi keluarga terhormat karena tidak lagi membutuhkan “bantuan”?

Camkanlah, bahwa pembantu juga manusia. Punya rasa punya hati. Mereka diam, mereka bertahan, karena mereka mempunyai anak-anak, orang tua, atau bahkan suami di belakang mereka yang harus mereka hidupi. Memotong gaji mereka adalah jauh lebih baik dari menyakiti hak-haknya untuk dihargai. Pembantu adalah manusia, mereka juga istri, ibu, menantu, cucu, sama seperti anda. Dan upah yang anda berikan tidak bisa membeli peran mereka sebagai istri, ibu, menantu dan cucu.

Ingatlah, bahwa UANG tidak bisa membeli SEGALANYA.

Dedicated to all maids in the world. I put a high respect for you all.

1 comment:

  1. seringkali para pembantu itu tak menerima hak2 dasar mereka. Tak ada jaminan hari tua dan jam kerja pasti...

    ReplyDelete

Masker Oksigen

photo from: Reader's Digest Akhir-akhir ini, saya terlibat pembicaraan yang lumayan mendalam dengan sahabat karib saya terkait deng...