December 27, 2010

Filosofi Sepak Bola

Pada suatu sore, seorang kakek sedang duduk di belakang beranda rumahnya. Dari bangku kayu bercat putih tempat dia duduk, ia mengamati sekelompok anak muda yang sedang bermain sepakbola. Nampaknya mereka adalah anak-anak SMP di desa si kakek yang sedang mengadakan pertandingan persahabatan antar sekolah.

Sang kakek mengamati keriuhan itu dari kejauhan, dan nampaklah penonton-penonton yang antusias, yang sesekali bersemangat tatkala tim yang didukungnya hampir mencetak gol, namun tiba-tiba melemas tatkala tim yang didukung kebobolan gawang.

Ia juga mengamati beberapa pemain cadangan yang duduk di pinggir lapangan, menunggu giliran mereka masuk, sambil terus menyemangati pemain-pemain inti yang sedang berlaga.
Beberapa kali, wasit mengeluarkan kartu kuning pada beberapa pemain atas pelanggaran yang mereka lakukan.

Di lapangan hijau itu, 22 pemain memperebutkan si kulit bundar. Di antara mereka ada yang bertugas sebagai penjaga gawang, striker, back, dan juga ada yang disebut goal maker. Yang terakhir ini biasanya yang dielu-elukan oleh penonton. Si kakekpun berpikir: apa jadinya ya, kalau setiap pemain ingin menjadi striker?

Prit prit priiit..! Peluit dua kali sudah ditiup tanda permainan usai. Cucu sang kakek yang juga menjadi pemain dalam pertandingan itu berjalan menuju rumah kakek sambil tersenyum puas: dia berhasil mencetak satu gol kemenangan untuk timnya.

Iapun dengan bangganya bercerita panjang lebar bahwa dialah pahlawan dalam pertandingan itu.
Namun, sang kakek dengan sangat lembut menjawabnya: “Cu, kau memang cucu kakek yang terhebat. Kau juga pemain yang handal. Tahukah kamu, bahwa kemenangan ini bukan hanya karena kau?”

Si cucupun merasa tidak terima, “Iya, saya tahu saya tidak main sendiri. Tapi kalau bukan karena saya, tim ini tidak akan menang.”

Sang kakekpun menjawab, “Cu, tahukah kamu, bahwa permainan sepakbola bukan hanya tentang formasi tim, latihan yang sempurna, dan permainan yang bagus? Sepakbola juga mempunyai nilai-nilai unggulan yang bisa kita jadikan pedoman dalam menjalani hidup ini”

“Memang apa saja nilai-nilai itu kek?”

Nilai pertama, kau lihat bahwa ada sebelas orang bermain dalam satu tim dengan tugasnya masing-masing. Jika beruntung, bisa menjadi pemain inti, jika tidak, cukup puas sebagai pemain cadangan. Tiap-tiap kita mempunyai peran dalam hidup ini yang harus kita terima dan jalankan dengan ikhlas dan sebaik mungkin. Saat kita diberi peran dengan tanggung jawab besar, maka lakukanlah yang besar. Saat kita dituntut untuk berperan sebagai orang cadangan, maka jalankanlah dengan sebaik-baiknya. Sebab satu tim bisa menang jika ada yang ikhlas menjadi back atau pemain cadangan, bukan semua menjadi striker. Maka tepatlah jika engkau melaksanakan nasihat Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarso sun Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”

Nilai kedua, kau lihat, penonton-penonton itu begitu bebasnya berkomentar. Kelak ketika kau mulai memasuki kehidupan ini, komentar-komentar baik maupun buruk akan selalu mengiringi setiap usahamu. Maka jadilah pemain sepakbola yang tangguh, yang tak menjadi pongah oleh pujian, tak pula menjadi lemah karena cacian.

Nilai ketiga, kau ingat timmu dalam 10 pertandingan terakhir selalu kalah, namun kali ini, berkat latihan keras dan belajar dari pengalaman kalah, timmu bisa menang. Tatkala kau berproses, cucuku, kegagalan adalah kawan akrabmu. Maka janganlah engkau menyerah oleh kegagalan, sebab kemenangan itu sebenarnya selalu menantimu, jika engkau pantang menyerah dan mau belajar dari keberhasilan dan kegagalanmu sebelumnya.

Nilai keempat, kau tahu, wasit memberikan kartu kuning pada pemain yang melakukan pelanggaran. Artinya apa? Setiap perbuatan ada konsekuensinya, tiap kesalahan ada punishmentnya. Pemain yang diberi kartu kuning oleh wasit harus legowo menerimanya, seperti juga ketika engkau diingatkan oleh seseorang atas kesalahan yang engkau lakukan, maka terimalah ia dengan lapang dada, meskipun pedih di dada ia akan mengantarmu pada dirimu yang lebih baik.

Nilai kelima, kau lihat beberapa kali striker mencoba menembak bola ke arah gawang, tapi beberapa kali pula digagalkan oleh tim lawan. Gawang itu ibarat tujuan hidupmu, mimpimu, obsesimu. Perjalanan meraih mimpi itu tidak semulus yang kita inginkan. Untuk menaklukannya, maka kau harus menghadapi kesulitan dan rintangan. Sesulit apapun, kau harus memasukkan bolamu ke gawang, baru kau bisa jadi pemenang.

“Wah, banyak sekali ya kek ya, nilai yang kita peroleh dari permainan sepakbola ini. Saya akan ingat itu kek.”
“Baiklah cu. Pesan terakhir kakek: pertandingan bola hanya 2×45 menit. Hidup ini pun terbatas waktunya. Maka gunakanlah waktumu sebaik mungkin.”
“Siap, kek!”.

Masker Oksigen

photo from: Reader's Digest Akhir-akhir ini, saya terlibat pembicaraan yang lumayan mendalam dengan sahabat karib saya terkait deng...