February 11, 2017

Post-hibernation


Ini adalah jeda terlama sejak posting blog sebelumnya di Januari 2015. Dua tahun jeda yang tidak bisa dirangkum dalam satu tulisan singkat. Dua tahun jeda yang mungkin hanya bisa tercurah dalam bentuk roman, novel, atau mungkin ensiklopedi.

Posting terakhir saya tulis di Ciputat, Tangerang Selatan. Saat ini, saya menulis posting ini dari sebuah kota di Australia Selatan, kota yang tenang dan tak banyak kegaduhan. Kota yang memiliki keindahan alam, kecanggihan fasilitas, dan keelokan arsitektur yang berkolaborasi dengan sempurna. Kota yang saya tinggali selama tujuh bulan terakhir, Adelaide. Saya sering mengucap berkali-kali nama Adelaide dalam benak saya. Jika Adelaide adalah nama orang, pemiliknya pasti bangga memilikinya.

Mimpi saya sejak kuliah di Jember, Jawa Timur, baru terjawab tahun 2016 yang lalu ketika saya lolos seleksi beasiswa dari Kementerian Agama RI. Berkali-kali melamar beasiswa dan gagal, maka inilah jawaban atas usaha dan doa saya.

Dalam tujuh bulan terakhir, saya banyak menulis puisi di Instagram. Adelaide dengan empat musimnya banyak menginspirasi saya untuk menulis puisi. Berpuisi menjadi kegiatan menulis rutin saya, bahkan lebih rutin dari kegiatan menulis wajib yaitu disertasi. Siapa sangka kalau studi doktoral saya murni dipergunakan untuk menulis disertasi tanpa ada perkuliahan.

Saya berniat untuk kembali ke dunia perbloggingan, dengan memuat ganda tulisan saya di Facebook ke dalam blog. Banyak cerita perjalanan yang ingin saya bagi kepada pembaca. Banyak keinginan dan mimpi yang ingin saya tularkan untuk menjadi inspirasi.

I'll smell you later :)

Salam hangat dari South Australia, diiringi kicauan burung Kookabarra, parrot, dan other singing birds yang bertengger di pohon Oak dan Gum tree. 

Masker Oksigen

photo from: Reader's Digest Akhir-akhir ini, saya terlibat pembicaraan yang lumayan mendalam dengan sahabat karib saya terkait deng...